PEMBAHASAN
A. Biografi Khalifah Utsman bin Affan
Nama beliau
adalah Usman bin Affan bin Abil’Ash bin Umayyah bin Abdisy Syams
bin Abdi Manaf bin Qusyai bin Kilab bin Murroh bin Ka’ab bin Luay bin Gholib.
Nasab beliau bertemu dengan Rosulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pada kakek
ke lima yaitu Abdul Manaf dari jalur ayahnya. Beliau menisbatkan dirinya kepada
bani Umayyah, salah satu kabilah Quraisy.[1]
Beliau dilahirkan di Thoif, sebagian pendapat ada yang mengatakan di Mekah.
Beliau lahir pada tahun 567 M, yakni enam tahun setelah tahun gajah, beliau
lebih muda dari Rosul SAW selisih enam tahun. Ibu beliau bernama Arwa binti
Kuraiz bin Robi’ah bin Hubaib bin ‘Abdi syams bin ‘Abdi Manaf . Beliau tumbuh
diatas akhlak yang mulia dan perangai yang baik. Beliau sangat pemalu, bersih
jiwa dan suci lisannya, sangat sopan santun, pendiam dan tidak pernah menyakiti
orang lain. Beliau suka ketenangan dan tidak suka keramaian, kegaduhan, perselisihan,
teriakan keras. Dan beliau rela mengorbankan nyawanya demi untuk menjauhi
hal-hal tersebut. Dan karena kebaikan akhlak dan mu’amalahnya, beliau dicintai
oleh Quraisy, Nama panggilannya Abu Abdullah dan diberi gelar Dzunnurrain (yang
mempunyai dua cahaya). Sebab digelari Dzunnuraian karena beliau menikahi dua
putri rasulullah yaitu: Roqqoyah dan Ummu Kultsum. Ketika Ummu Kultsum
wafat, Rasulullah berkata ; Sekiranya kami punya anak perempuan yang
ketiga, niscaya aku nikahkan denganmu. Dari pernikahannya dengan Ruqoyyah
lahirlah anak laki-laki. Tapi tidak sampai besar anaknya meninggal ketika
berumur 6 tahun pada tahun 4 Hijriah. Beliau wafat pada tahun 35 Hijriah
berumur 82 tahun. Menjabat sebagai khalifah ketiga selama 12 tahun.
Beliau
mempunyai 9 anak laki-laki yaitu Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ashgar, Amru,
Umar, Kholid, al-Walid, Uban, Said dan Abdul Muluk dan 6 anak perempuan[2].
Utsman bin’Affan Radhiyallahu‘anhu hidup ditengah orang-orang musyrikin Quraisy
yang menyembah berhala-berhala, namun beliau tidak menyukai kesyirikan,
animisme dinamisme serta adat istiadat yang kotor. Beliau menjauhi segala
bentuk kotoron jahiliyah yang mereka lakukan, beliau tidak pernah berzina,
membunuh, ataupun meminum khamer. Perjuangannya dalam membela Islam tidak hanya
dengan hartanya saja. Tapi juga raga dan nyawanya. Beliau sangat senang
mengeluarkan hartanya demi kepentingan Islam. Hingga pernah mengirimkan
setengah pasukan ke medan perang dengan hartanya. Pernah mendermakan 300 unta
dan 50 kuda tunggangan.[3]
Begitu juga mendermakan 1000 dinar yang diserahkan langsung kepada Rasulullah.
Rasulullah pun berkata; “Apa yang diperbuat pada hari
ini, Utsman tidak akan merugi (di akhirat)” (HR.Tirmidhi). Pada
waktu orang-orang membutuhkan air untuk keperluan dirinya dan hewan ternaknya,
Utsman membeli sumber mata air dari Raimah,[4]
seorang Yahudi, untuk diwakafkan kepada umum. Mengenai kedermawannya, Abu
Hurairah berkata; “Utsman bin Affan sudah membeli surga dari
Rasulullah dua kali; pertama ketika mendermakan hartanya untuk mengirimkan
pasukan ke medan perang. Kedua ketika membeli sumber air (dari Raimah)”
(HR.Tirmidhi).
Beliau termasuk 10 orang yang dikabarkan akan masuk
surga. Dalam menjalani hidupnya, beliau sangat takut dengan azab dan siksa
Allah. Hingga suatu ketika berkata; Sekiranya diriku berada di antara surga dan
neraka dan saya tidak tahu mana diantara dua itu saya akan masuk, niscaya saya
akan pilih menjadi abu sebelum aku tahu ke mana saya dimasukkan. Rasulullah
pernah mengkabarkan bahwa dirinya termasuk ahli surga karena sabar dan tawakal
menghadapi cobaan dan derita dari Allah. Begitu fitnah yang menimpa dirinya
hingga akhirnya terbunuh secara kejam dan dholim. Pada waktu perang Uhud,
beliau berdiri bersama Rasulullah, Abu Bakar dan Umar. Tiba-tiba gunung itu
bergetar, kemudian Rasulullah berkata; Mohon jangan lari, tetap berada di
Uhud. Jangan takut, kamu bersama nabi, Abu Bakar dan dua orang syahid
(HR.Bukhori).
B. Kebijakan dan Prestasi Utsman Ketika Menjabat
Sebagai Khalifah
Masa kekhalifahan Utsman bin Affan merupakan masa yang paling makmur dan
sejahtera. Ada yang menyebutkan dalam ceritanya sampai rakyatnya melakuakan
haji berkali-kali. Bahkan seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat
timbangannya. Beliau adalah khalifah yang pertama kali melakukan perluasan
masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat
Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi
keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili
perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya. Abu Bakar dan
Umar bin Khotthob biasanya mengadili suatu perkara di masjid. Pada masa Utsman
khutbah Idul fitri dan Idul adha didahulukan sebelum sholat. Begitu juga adzhan
pertama pada sholat Jum’at. Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu
untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan pertanian.
Pada masa Utsman juga, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama
kalinya, Islam mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan
yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu.
Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut
Tengah.
Adapun
prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah antara lain bagai
berikut:[5]
- Perluasan wilayah Islam
Perlu
diketahui bahwa setelah Kholifah Umar RA wafat ada beberapa daerah yang membelot
terhadap pemerintahan Islam. Sebagaimana yang di lakukan oleh Yazdigard yang
berusaha menghasut kembali masyarakat Persia agar melakukan perlawanan terhadap
penguasa Islam, akan tetapi pemerintah Islam berhasil memusnahkan gerakan
pemberontakan sekaligus melanjutkan perluasan ke negeri – negeri Persi lainnya,
sehingga beberapa kota besar seperti Hisrof, Kabul, Turkistan jatuh pada
kekuasaan Islam. Juga terdapat daerah lain yang membelot dari pemerintahan
Islam, seperti Khurosan dan Iskandaria, adapun Iskandaria bermula dari
kedatangan kaisar Konstan II dari Roma Timur atau Bizantium yang menyerang
Iskandaria dengan mendadak, sehingga pasukan Islam tidak dapat menguasai
serangan . Panglima Abdullah bin Abi Sarroh yang menjadi wali di daerah
tersebut meminta pada kholifah Utsman untuk mengangkat kembali panglima ‘Amru
bin ‘ash yang telah di berhentikan untuk menangani masalah di Iskandaria. Dan
permohonan tersebut di kabulkan, selain itu ,kholifah Utsman bin ‘Affan juga
mengutus Salman Robi’ah Al-Baini untuk berdakwah ke Armenia. Ia berhasil
mengajak kerjasama penduduk Armenia. Perluasan Islam memasuki Tunisia ( Afrika
Utara ) di pimpin oleh Abdullah bin Sa’ad bin Abi Zarrah, yang mana Tunisia
sudah lama sebelumnya di kuasai Romawi. Tidak hanya itu saja pada saat Syiria bergubernurkan
Mu’awiyah, ia berhasil menguasai Asia kecil dan Cyprus. Dimasa pemerintahan
Utsman, negeri – negeri yang telah masuk ke dalam kekuasaan Islam antara lain :
Barqoh, Tripoli Barat, bagian selatan negeri Nubah, Armenia dan beberapa bagian
Thabaristan bahkan telah melampui sungai Jihun ( Amu Daria ), negeri Balkh (
Baktaria ) Hara, Kabul, Gaznah di Turkistan.
- Pembentukan Armada laut Islam
Pembangunan
angkatan laut bermula dari adanya rencana Kholifah Utsman untuk mengirim
pasukan ke Afrika, Mesir, Cyprus. Untuk sampai ke daerah tersebut harus melalui
lautan. Pada saat itu, Muawiyah, gubernur di Syiria harus menghadapi serangan
angkatan laut Romawi di daerah pesisir provinsinya. Untuk itu, ia mengajukan
permohonan kepada khalifah Utsman untuk membangun angkatan laut dan di kabulkan
oleh kholifah. Itulah pembangunan armada yang pertama dalam sejarah Dunia
Islam. Selain itu, keberangkatan pasukan ke Cyprus yang melalui lautan, juga
ummat Islam agar membangun armada angkatan laut. Pada saat itu pasukan di pimpin
oleh Abdullah bin Qusay Al-Harisi yang di tunjuk sebagai Amirul Bahr atau
panglima angkatan laut. Di samping itu, serangan yang di lakukan oleh bangsa
Romawi ke Mesir melalui laut, juga memaksa ummat Islam agar segera mendirikan
angkatan laut. Bahkan pada tahun 646 M, bangsa Romawi telah menduduki
Alexandria dengan penyerangan dari laut. Atas perintah kholifah ‘Utsman, Amr
bin Ash dapat mengalahkan bala tentara bangsa Romawi dengan armada laut yang
besar pada tahun 651 M di Mesir.
- Kodifikasi al-Qur’an
Pemerintahan
Islam semakin meluas, beberapa negara telah di taklukkan dan para Qori’ pun
tersebar di berbagai daerah, sehingga perbedaan bacaan pun terjadi yang di
akibatkan berbedanya qiro’at dari qori’ yang sampai pada mereka. Sebagian kaum
muslimin tidak mempermasalahkan perbedaan tersebut, karena perbedaan-perbedaan
tersebut di sandarkan pada Rasul SAW. Sebagian yang lain khawatir akan
menimbulkan keraguan pada generasi berikutnya yang tidak langsung bertemu Rasul
SAW. Ketika terjadi peperangan di Armenia dan Azarbaijan dengan penduduk Irak,
Hudzaifah melihat banyak perbedaan dalam bacaan al-Qur’an. Melihat hal tersebut
beliau melaporkannya kepada kholifah Utsman. Para sahabat khawatir kalau
perbedaan tersebut akan membawa perpecahan pada kaum muslimin. Mereka sepakat
menyalin lembaran pertama yang telah di lakukan oleh kholifah Abu Bakar yang di
simpan oleh istri Rosul SAW, sayyidah Hafshoh RA. Dan menyatukan umat Islam
dengan satu bacaan. Selanjutnya Kholifah ‘Utsman mengirim surat pada Sayyidah Hafsoh
agar mengirimkan lembaran-lembaran yang bertuliskan al-Qur’an, kemudian
Sayyidah Hafshoh mengirimkannya kepada kholifah Utsma. Kholifah ‘Utsman
memerintahkan para sahabat antara lain ; Zaid bin Tsabit, Abdullah bin
Zubair, Sa’ad bin Al-‘Ash, dan Abdurrohman bin Harits bin Hisyam,untuk
menyalin mushaf . Kholifah ‘Utsman berpesan bila anda berbeda pendapat tentang
hal al-Qur’an maka tulislah dengan ucapan lisan Quraisy karena al-Qur’an
diturunkan di Quraisy. Setelah mereka menyalin ke dalam beberapa mushaf,
kholifah ‘Utsman mengembalikan lembaran mushaf asli kepada Sayyidah
Hafshoh.Selanjutnya ia menyebarkan mushaf yang telah di salinnya ke seluruh
daerah dan memerintahkan agar semua bentuk lembaran mushaf yang lain di bakar.
Mushaf ditulis sebanyak lima buah, empat buah di kirimkan ke daerah-daerah
Islam supaya di salin kembali , satu buah di simpan di Madinah untuk Kholifah
‘Utsman sendiri dan mushaf ini di sebut mushaf al-Imam atau mushaf ‘Utsmani.
Dengan
demikian dapat di simpulkan bahwa motif pengumpulan mushaf oleh Kholifah Abu
Bakar dan Kholifah ‘Utsman berbeda. Pengumpulan mushaf yang di lakukan oleh
Kholifah Abu Bakar dikarenakan danya kekhawatiran akan hilangnya al-Qur’an
karena banyak huffadz yang meninggal pada peperangan, sedangkan motif pengumpulan
mushaf oleh Kholifah ‘Utsman dikarenakan banyaknya perbedaan bacaan yang di
khawatirkan timbulnya perpecahan.
- Periwayatan Hadits Pada Masa Utsman bin Affan
Secara umum, kebijakan pemerintahan Utsman ibn Affan tentang periwayatan
tidak berbeda dengan apa yang telah ditempuh oleh kedua khalifah sebelumnya.
Namun, langkah yang diterapkan tidaklah setegas langkah khalifah Umar ibn
al-Khattab. Dalam sebuah kesempatan, Utsman meminta para sahabat agar tidak
meriwayatkan hadits yang tidak mereka dengar pada zaman Abu Bakar dan Umar.[6] Namun
pada dasarnya, periwayatan Hadits pada masa pemerintahan ini lebih banyak
daripada pemerintahan sebelumnya. Sehingga masa ini disebut dengan عصر إكثار رواية الحديث.
Keleluasaan periwayatan hadits tersebut juga disebabkan oleh karakteristik
pribadi Utsman yang lebih lunak jika dibandingkan dengan Umar Selain itu,
wilayah kekuasaan Islam yang semakin luas juga menyulitkan pemerintah untuk
mengontrol pembatasan riwayat secara maksimal.
Pada masa ini juga
belum ada usaha secara resmi untuk menghimpun hadist dalam suatu kitab halnya
Al-Qur’an, hal ini disebabkan karena:
1.
Agar tidak memalingkan perhatian umat Islam dalam mempelajari
Al-Qur’an.
2.
Para sahabat yang banyak menerima hadist dari Rasul SAW sudah
tersebar ke berbagai daerah kekuasaan Islam.
Dalam perkembangannya, periwayatan hadits yang
dilakukan para sahabat berciri pada 2 tipologi periwayatan.
1.
Dengan menggunakan lafal haduts
asli, yaitu menurut lafal yang diterima dari Rasulullah.
2.
Hanya maknanya saja. Karena mereka
sulit menghafal lafal redaksi hadits persis dengan yang disabdakan Nabi.
Pada masa pembatasan periwayatan, para sahabat hanya
meriwayatkan hadits jika ada permasalahan hukum yang mendesak. Mereka tidak
meriwayatkan hadits setiap saat, seperti dalam khutbah. Sedangkan pada masa
pembanyakan periwayatan, banyak dari sahabat yang dengan sengaja menyebarkan
hadits. Namun tetap dengan dalil dan saksi yang kuat. Bahkan jika diperlukan,
mereka rela melakukan perjalanan jauh hanya untuk mencari kebenaran hadits yan
diriwayatkannya.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Nama beliau adalah Usman bin Affan bin
Abil’Ash bin Umayyah bin Abdisy Syams bin Abdi Manaf bin Qusyai bin Kilab bin
Murroh bin Ka’ab bin Luay bin Gholib. Nasab beliau bertemu dengan Rosulullah
Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pada kakek ke lima yaitu Abdul Manaf dari jalur
ayahnya. Beliau menisbatkan dirinya kepada bani Umayyah, salah satu kabilah Quraisy.
Beliau dilahirkan di Thoif, sebagian pendapat ada yang mengatakan di Mekah.
Beliau lahir pada tahun 567 M, yakni enam tahun setelah tahun gajah, beliau
lebih muda dari Rosul SAW selisih enam tahun.
Kebijakan dan prestasi beliau ketika menjabat khalifah :
1.
Perluasan
wilayah islam
2.
Pembentukan
armada laut islam
3.
Kodifikasi
Al-qur’an
Secara umum, kebijakan pemerintahan Utsman ibn Affan tentang periwayatan
tidak berbeda dengan apa yang telah ditempuh oleh kedua khalifah sebelumnya.
Namun, langkah yang diterapkan tidaklah setegas langkah khalifah Umar ibn
al-Khattab. Dalam sebuah kesempatan, Utsman meminta para sahabat agar tidak
meriwayatkan hadits yang tidak mereka dengar pada zaman Abu Bakar dan
Umar. Namun pada dasarnya, periwayatan Hadits pada masa pemerintahan ini
lebih banyak daripada pemerintahan sebelumnya. Sehingga masa ini disebut dengan
عصر إكثار رواية الحديث.
B.
Saran
Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
No comments:
Post a Comment