PEPERANGAN RASULULLAH SAW
A.
Peperangan
Khaibar
Khaibar adalah daerah yang
ditempati oleh kaum Yahudi setelah diusir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dari Madinah tatkala mereka melanggar perjanian damai. Di sana
mereka menyusun makar untuk melampiaskan dendamnya terhadap Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, Islam, dan kaum muslimin.
Dendam Yahudi memang telah menumpuk; mulai terusirnya Bani Qainuqa,
Bani Nadhir, terbunuhnya dua tokoh mereka, hingga pembantaian terhadap Bani
Quraizhah dan sejumlah tokoh mereka yang dibunuh oleh kaum muslimin.
Perang besar ini terjadi pada bulan Muharam tahun ke-7 H. Rasulullahshallallahu
‘alaihi wa sallam memimpin 1400 orang pasukan infantri dan 20 pasukan
berkendara menghadapi 10.000 orang Yahudi Khaibar yang dipimpin oleh Kinanah
bin Abi al-Haqiq.
Telah kita ketahui bahwa sepulang mereka dari Hudaibiyah Allah
menurunkan ayat sebagai janji kemenangan dari-Nya dan perintah untuk memerangi
Yahudi di Khaibar dalam firman-Nya:
وَعَدَكُمُ اللَّهُ مَغَانِمَ كَثِيرَةً تَأْخُذُونَهَا فَعَجَّلَ لَكُمْ
هَذِهِ وَكَفَّ أَيْدِيَ النَّاسِ عَنْكُمْ وَلِتَكُونَ آيَةً لِلْمُؤْمِنِينَ
وَيَهْدِيَكُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا
“Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak
yang dapat kamu ambil, maka disegerakan-Nya harta rampasan ini untukmu dan Dia
menahan tangan manusia dari (membinasakan) mu (agar kamu mensyukuri-Nya) dan
agar hal itu menjadi bukti bagi orang-orang mukmin dan agar Dia menunjuki kamu
kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Fath: 20)
Sebelumnya, orang-orang Yahudi telah memerangi umat Islam pada
Perang Uhud dan Ahzab. Kemudian dari Khaibar, mereka berencana menyerang
Madinah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mendahului rencana
mereka. Dan Allah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin.
Dalam perang ini, 50 orang sahabat Nabi terluka dan 18 gugur di
medan tempur. Sementara dari pihak Yahudi 93 orang tewas.
Pelajaran
- Dalam peperangan Khaibar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengharamkan makan daging keledai piaraan.
- Tampak mukjizat kenabian seperti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meludahi mata Ali radhiallahu ‘anhu lalu sembuh, daging yang mengabari beliau bahwa ia mengandung racun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meniup tiga kali pada bekas pukulan pedang yang mengenai lutut Salah bin Akwa radhiallahu ‘anhu lalu dia tidak kesakitan setelah itu.
- Boleh berdamai dengan Yahudi dalam waktu yang ditentukan dan boleh memerangi orang kafir pada bulan haram.
Peta Perang Khaibar
B.
Perang
Mu’tah
Peperangan ini tercatat di dalam sejarah sebagai sebuah peperangan besar, di mana tentara Islam yang berjumlah
3.000 orang melawan 200.000 tentara Romawi Nasrani. Sekalipun demikian
dahsyatnya peperangan Mu’tah,
sahabat yang mati syahid hanya 12 orang, dan mereka memiliki kedudukan tinggi
di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tentara Allah yang memiliki kekuatan iman dan semangat jihad untuk
meraih kemulian mati syahid tidak merasakannya sebagai beban berat bagi mereka
sebab kekuatan mereka satu banding sepuluh –sebagaimana digambarkan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala dalam firman-Nya,
إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ
يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ
“Jika ada di antara kalian 20 orang yang bersabar maka akan
mengalahkan 200 orang.” (QS. Al Anfal: 65)
Sebab terjadinya perang ini adalah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mengirim surat melalui utusannya, Harits bin Umair radhiallahu
‘anhu kepada Raja Bushra. Tatkala utusan ini sampai di Mu’tah (Timur
Yordania), ia dihadang dan dibunuh, padahal menurut adat yang berlaku pada saat
itu –dan berlaku hingga sekarang- bahwa utusan tidak boleh dibunuh dan kapan
saja membunuh utusan, maka berarti menyatakan pengumuman perang. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam marah akibat tindakan jahat ini, beliau mengirim pasukan
perang pada Jumadil Awal tahun ke-8 Hijriah yang dipimpin oleh Zaid bin
Haritsah.
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika
Zaid mati syahid, maka Ja’far yang menggantikannya. Jjika Ja’far mati syahid,
maka Abdullah bin Rawahah penggantinya.”
Ini pertama kali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengangkat tiga panglima sekaligus karena beliau mengetahui kekuatan militer
Romawi yang tak tertandingi pada waktu itu.
Pelajaran
1. Boleh mengangkat beberapa pemimpin dalam satu
waktu dengan syarat tertentu dan memimpin secara berurutan.
2. Kaum muslimin mengangkat Khalid sebagai
panglima perang merupakan dalil bolehnya ijtihad di masa hidupnya Rasulullah.
3. Keutamaan tiga panglima (Zaid, Ja’far, Abdullah
bin Rawahah) dan keutamaan Khalid bin Walid sebab dalam peperangan ini
Rasulullahh shallallahu ‘alaihi wa sallam menamainya dengan Saifullah
(Pedang Allah).
4. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
sedih atas kematian tiga panglimanya, menunjukkan rahmatnya kepada umatnya dan
bahwasanya beliau berusaha menentramkan jiwanya untuk bersabar terhadap
musibah. Dan ini lebih baik daripada yang tidak sedih dan tidak tersentuh oleh
musibah sama sekali.
5. Hakikat hidup dan ‘izzah (kemuliaan)
yang disingkap oleh Abdullah bin Rawahah radhiallahu ‘anhu bahwa
sesungguhnya kemenangan bukanlah karena kekuatan dan jumlah secara materi,
melainkan agama dan ketaatan kepada Allah.
C.
Fathul
Makkah
Peristiwa
ini terjadi pada bulan Ramadhan tahun 8 H. Rasulullahshallallahu
‘alaihi wa sallam memimpin 10.000 orang sahabatnya untuk menyerang
Mekah yang telah membatalkan perjanjian damai di Hudaibiyah. Mekah memerangi
Bani Bakr yang merupakan sekutu Nabi dalam perjanjian tersebut.
Peristiwa ini berakhir dengan menyerahnya orang-orang Mekah.
Akhirnya, setelah 8 tahun berpisah, Rasulullah kembali menginjakkan kaki beliau
di tanah kelahirannya tersebut.
Di Madinah Rasulullah saw menyeru semua sahabat; Muhajirin dan Ansar
untuk bersiap melakukan ekspedisi. Seruan Rasulullah bukan hanya dijawab oleh
seluruh sahabat Muhajirin dan Ansar juga para penduduk kabilah-kabilah sekitar
Madinah. Tercatat sekitar 10.000 orang tergabung dalam pasukan besar Islam yang
segera berangkat ke Mekkah dibawah komando nabi Muhammad saw.
Di sebuah tempat bernama Juhfah sekitar 23 km dari Mekkah, Abbas bin
Abdul Muthalib paman nabi menemui beliau dan menyatakan bergabung dengan
pasukan Islam. Bergabungnya Abbas bin Badul Muthalib diikuti oleh Abu Sofyan
bin Haris bin Abdul Muthalib, sepupu nabi dan Abdullah bin Abi Umayyah bin
Al-Mughirah. Dengan bergabungnya Bani Hasyim, pasukan Islam pun menjadi tambah
kuat.
Sebelum memasuki kota Mekkah, pasukan muslimin berkemah di sebuah
daerah bernama Marr Al-Zhahran. Rasulullah memerintahkan agar pasukan muslimin
membuat sebuah api unggun yang besar sehingga jika dilihat penduduk Mekkah akan
menyebarkan rasa takut di hati mereka. Keberadaan api unggun besar tersebut
ternyata langsung memancing keingin-tahuan Abu Sofyan yang sedang melakukan
pengintaian terhadap tentara Islam. Abu Sofyan dengan didampingi oleh Abbas bin
Abdul Muthalib menghadap nabi kemudian menyatakan syahadat bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan Muhammad saw adalah utusan Allah.
Pembebasan kota Mekkah terjadi pada tanggal 20 Ramadhan tahun 8
Hijriah. Rasulullah saw berwasiat kepada pasukannya agar tidak melakukan
pertempuran dan jangan sampai meneteskan darah kecuali sangat terpaksa. Tentara
Islam kemudian dibagi menjadi 4 devisi, divisi pertama dipimpin oleh Zubair bin
Al-Awwam dengan tugas memasuki Mekkah dari sebelah Utara, divisi kedua dipimpin
oleh Khalid bin Walid dengan tugas memasuki Mekkah dari Selatan, divisi ketiga
dipimpin oleh Sa’d bin Ubadah yang kemudian diganti oleh putranya Qais bin Sa’d
dengan tugas memasuki kota Mekkah dari arah Barat dan divisi terakhir dibawah
pimpinan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah yang bersama-sama Rasulullah memasuki kota
Mekkah dari arah Barat Laut di kaki bukit Hind.
Seluruh pasukan muslimin berhasil memasuki kota Mekkah
tanpa menumpahkan darah kecuali pasukan Khalid bin Walid yang mendapat
perlawanan dari sekelompok pemuda Quraish yang dipimpin oleh Ikrimah bin Abu
Jahl. Pertempuran kecil tersebut mengakibatkan 2 orang tentara Islam syahid.
Pengampunan Umum bagi Penduduk Mekkah
Rombongan Rasulullah dari arah Bukit Hind memasuki Mekkah dengan
tanpa meneteskan darah. Kemudian disusul oleh pasukan-pasukan muslim yang masuk
dari Arah berbeda. Bersama-sama mereka mengumandangkan takbir, tasbih dan
tahmid menuju baitullah, Ka’bah yang telah lama ditinggalkan oleh umat yang
menyembah Allah. Rasulullah saw bersama pengikutnya bersama-sama membersihkan
Ka’bah dari segala macam berhala. Dengan tongkat di tangan, Rasulullah menunjuk
ke arah berhala-berhala seraya membaca ayat Al-Qur’an;
وَقُلْ
جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
“Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah
lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS Al-Isra 81)
Setelah seluruh berhala dan gambar-gambar dibinasakan dari Ka’bah,
Rasulullah menyeru sahabat Billal bin Rabbah untuk mengumandangkan Azan dari
atas Ka’bah. Kemudian muslimin dipimpin oleh Rasulullah selaku imam
melaksanakan shalat berjamaah.
Sementara muslimin merasakan rasa haru dalam kalbu setelah
melaksanakan shalat berjamaah di Masjidil Haram, penduduk Mekkah berkumpul di
depan Ka’bah dengan tertunduk lesu menyesali segala perbuatan jahat mereka
terhadap Rasulullah dan pengikutnya. Mereka pasrah jika Rasulullah saw menuntut
balas atas segala perbuatan keji yang telah mereka lakukan.
Rasulullah saw dengan penuh wibawa berdiri di depan Ka’bah menghadap
ke penduduk Mekkah. Beliau saw kemudian berkata:
“Menurut dugaan kalian, apa yang akan aku lakukan terhadap kalian?
“Kami berharap yang baik-baik wahai saudara yang mulia dan putra
saudara yang mulia.” Jawab penduduk Mekkah
“Tidak ada hukuman sama sekali atas kalian. Hari ini Allah telah
mengampuni kalian.”
Demikianlah akhlaq Rasulullah yang bersumber dari Al-Qur’an,
memaafkan orang-orang yang telah berbuat dzolim kepadanya dan pengikutnya.
Dengan pengampunan tersebut berbondong-bondong penduduk Mekkah menyatakan masuk
Islam dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah Rasulullah.
Pelajaran
1.
kaum muslimin menyerang Mekah bukanlah
disebabkan hawa nafsu kesombongan, karena mereka sudah memiliki kekuatan yang
besar. Akan tetapi kaum muslimin menyerang sebagai bentuk pembelaan
kehormatan dan izzah Islam atas pelanggaran perjanjian al-Hudaibiyyah yang
dilakukan kaum kafir Quraisy.
2.
meski menginginkan kemenangan,
Rasulullah SAW tetap mengupayakan kemenangan yang tidak menimbulkan kerusakan.
3.
meski memiliki pribadi yang lembut, hal
tersebut tidak menghalangi Rasulullah SAW untuk bertindak tegas terhadap sebuah
pelanggaran,
Peta
Fathul Makkah
D.
Perang Hunain
Perang ini terjadi pada bulan Syawal tahun 8 H/630 M. Kaum muslimin
memiliki pasukan yang begitu besar, karena orang-orang Mekah telah menjadi
bagian dari keluarga kaum muslimin. Saat itu, Rasulullah memimpin 12.000
sahabatnya untuk menghadapi sekutu orang-orang Hawazin, Tsaqif, Bani Muiz, Bani
Hilal, dll.
Perang ini dilatar-belakangi kekhawatiran orang-orang Hawazin
setelah mendengar umat Islam menaklukkan Mekah. Setelah Mekah jatuh, mereka
menyangka kaum muslimin akan memerangi mereka. Mereka pun menyiapkan pasukan
untuk menyerang umat Islam terlebih dahulu. Mendengar kabar tersebut Rasulullah
mengirim mata-matanya menuju Hawazin dan akhirnya beliau siapkan 10.000 pasukan
yang ikut bersama beliau dalam penaklukkan Mekah ditambah 2000 pasukan dari
Mekah.
Kaum muslimin berhasil memenangkan pertempuran ini. Namun karena
kecerobohan kaum muslimin di awal perang, mereka menderita kerugian yang cukup
besar dengan 6 orang gugur di medan perang dan 6000 lainnya terluka. Hal ini
sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala,
لَقَدْ
نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ ۙ
وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ
إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ
الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ
“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan
peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu
menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak
memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit
olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.” (QS. At-Taubah: 25)
ثُمَّ
أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنْزَلَ
جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ
وَذَٰلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ
“Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada
orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada
melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan
demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.” (QS. At-Taubah: 26).
Sementara dari pihak orang-orang musyrik 71 orang tewas terbunuh.
Pelajaran
1.
Allah SWT
telah memberikan pelajaran berharga kepada kaum Muslimin agar membuang
jauh-jauh sifat congkak/takabur, merasa diri lebih besar dari lawan yang
dihadapinya.
2.
menjadi
pelajaran (ibroh) bagi kita bahwa perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan
tidaklah cukup hanya dengan mengandalkan jumlah pengikutnya saja (kuantitas).
Tapi juga harus diikuti dengan kualitas yang baik. Kualitas yang baik hanya
dapat diperoleh dengan mempersiapkan atau membentuk kekuatan dalam diri kaum
Muslimin. Kekuatan dimaksud adalah kekuatan akidah (quwatul 'aqidah), ibadah
(quwatul 'ibadah), dan kekuatan jihad (quwatul jihad).
E. Perang Tabuk.
Perang
Tabuk terjadi pada bulan Rajab tahun 9 H. Sebelumnya, pada Jumadil Awal tahun 8
H, Romawi cukup dibuat terkejut dengan perlawanan umat Islam di Perang Mu’tah.
Akibat dari peperangan itu, kabilah-kabilah Arab yang dijajah Romawi mulai
berani melakukan pembangkangan. Dalam Perang Mu’tah juga, gugur sahabat-sahabat
dekat Rasulullah dan panglima Perang Mu’tah: Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi
Thalib, dan Abdullah bin Rawahah radhiallahu ‘anhum.
Kaum Islam telah membuat perancangan
yang drastik dan berhati-hati. Mereka bersepakat sekiranya Kerajaan Rom
benar-benar bersedia untuk berperang dengan mereka, kaum Muslimin berhasrat
untuk mengadakan pertempuran di luar kawasan suci kota Makkah dan Madinah.
Akhirnya mereka bersedia menentang musuh di suatu kawasan padang pasir yang
bernama Tabuk. Melalui permulaan peristiwa peperangan itu Allah telah
menurunkan firmannya yang bermaksud:
"Wahai orang-orang yang
beriman,perangilah orang-orang kafir yang disekitar kamu itu,dan hendaklah
mereka menemui kekerasan daripada kamu,dan ketahuilah bahawasanya Allah (Tuhan)
beserta orang-orang yang bertaqwa." (Surah At-Taubah ayat:123
Untuk
membuat perhitungan terhadap umat Islam, Romawi merencanakan menyerang Madinah.
Kabar tersebut sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lalu beliau siapkan 30.000 sahabatnya menghadapi negara adidaya Romawi itu di
Tabuk.
Peristiwa
ini berakhir tanpa kontak senjata, karena orang-orang Romawi enggan menghadapi
kaum muslimin di Tabuk, mereka lebih senang jika Rasulullah dan pasukannya
mendatangi benteng mereka di Syam. Padahal Rasulullah telah beberapa hari
menunggu kedatangan mereka di Tabuk.
Hal ini
semakin menambah kewibawaan Negara Islam Madinah di hadapan Romawi dan bangsa
Arab secara umum.
Pelajaran
Setidaknya ada dua hal penting yang bisa kita petik dari
sekian banyak ibroh yang terkandung di dalamnya yaitu kejujuran iman dan
menangnya kebenaran tanpa tanding.
Peta Perang Tabuk
No comments:
Post a Comment